MENJAGA NYALA DARI UJUNG NEGERI
Catatan Putra Niron (Salah Seorang Penggagas Malaka Di Ujung Merah Putih)
TIMORNESIA.COM-Kami memulainya dari keresahan dan dari cinta.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tahun 2020, saat pandemi COVID-19 masih menjadi kabar harian dan ruang-ruang perjumpaan dibatasi, kami justru merasa semakin mendesak untuk menciptakan ruang alternatif.
Maka, pada 16–17 Agustus 2020, “Malaka di Ujung Merah Putih” untuk pertama kalinya digelar di Pantai Motadikin.
Sederhana, terbuka, dan tanpa banyak protokol. Tapi di situlah letak kekuatannya: semua yang hadir datang karena rindu, karena ingin bersuara.
Selain itu, di tengah semangat kemerdekaan yang kadang terasa begitu jauh dari kehidupan kami di perbatasan, kami berpikir: mengapa tidak bikin panggung sendiri? Panggung yang tidak menunggu undangan, tidak bergantung pada seleksi. Panggung yang cukup luas untuk puisi, musik, diskusi, rindu, dan marah. Begitulah “Malaka di Ujung Merah Putih” lahir.
Tanggal 16–17 Agustus, di pinggiran republik, tapi semangatnya tak pernah pinggiran. Kegiatan ini bukan perayaan biasa. Ia adalah ruang. Ruang untuk anak-anak muda Malaka yang selama ini mungkin merasa tak punya tempat. Ruang untuk bersuara, untuk mengada.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya


Laporkan
Ikuti Kami
Subscribe













